Wednesday, April 18, 2007

Magliabechi si Pemburu Buku

Oleh Sri Wahyuningsih/Muhidin M Dahlan

Namanya Antonio Magliabechi. Hidup di Florentina pada abad 17. Ia adalah pemburu buku yang tak pernah lelah hingga orang-orang menjulukinya, ”si pemamah buku”. Dalam bahasa latin, namanya ditranskripkan menjadi Antonius Magliabechius, yang jika diacak huruf-hurufnya bisa menciptakan sebuah anagram berbunyi Is unus bibliotheca magna—“perpustakaan besar itu ya dalam diriku ini”.

Magliabechi hidup mapan hingga usia 82, tetapi tak ada data yang memastikan kapan ia keluar dari kota kecil di Italia itu. Separuh hidupnya dihabiskan sebagai penyendiri virtual di antara tumpukan keping-keping buku. Lahir pada 1633 dari orangtua “kelas menengah ke bawah”. Ia pernah jadi buruh serabutan hingga tetangganya yang seorang penjual buku mengambilnya sebagai anak buah.

Sejak itu, kemampuan dan keterampilan bibliografisnya menanjak cepat. Tahun 1673, putra mahkota Tuscany, Cosimo II, mempekerjakannya di perpustakaan istana dan di sinilah Magliabechi selama 41 tahun berikutnya, “bersenang-senang tiada henti dalam kemewahan belajar-buku.”

Daya ingatnya luar biasa dan pengetahuan akan koleksi buku hebat sekali. Seorang Pangeran Florentina berkata, pernah sekali ia menanyainya salah satu judul buku langka yang wajib dikoleksi lagi. “Tidak, Tuan,” jawab Magliabechi. “Kopi buku itu hanya ada di Constantinopel, di perpustakaan Sultan. Volume ketujuhnya berada di rak kedua, tepat di kanan Anda jika masuk ke sana.”

Yang lebih mengagetkan lagi, semua hal tentang buku di luar Florentina yang diketahuinya didapatkan Magliabechi hanya melalui surat-menyurat detil yang ia lakukan dengan kolektor-kolektor penting, pegawai perpus, dan penjual buku di masa itu. Mestinya Magliabechi bisa tinggal enak di istana. Namun kesempatan itu tak diambilnya. Ia malah memilih tidur di ayunan kayu yang ia bentang di antara rak-rak dalam perpus dan dikelilingi gunungan buku.

Ia seorang lelaki, segelintir orang mengejeknya, yang “hidup di atas judul dan indeks buku, serta berbantal folio”.

Menerapkan aturan ketat dalam mengakses buku-buku yang menjadi tanggung jwabnya, Magliabechi tumbuh menjadi intelektual tiran. Ahli sejarah Eric Cochrane bahkan berujar, ”Kondisi segala aktivitas skolar yang tak dapat dihindari selama akhir abad ke 17 dan awal abad 18 ialah takluk pada ensiklopedi skolar jelmaan, pustakawan Cosimo III. Magliabechi tak harus membuktikan pembelajarannya dengan menulis buku. Jumlah penulis yang menghubunginya untuk sebuah informasi membuat namanya selalu terpajang dalam jajaran orang penting pada lembar dedikasi dan ucapan terimakasih di separuh buku yang terbit selama ia hidup.”

Magliabechi ditemukan meninggal pada 1714 dalam posisi terduduk di kursi rotan dan sekeping buku tergeletak di pangkuannya dalam kondisi terbuka dan tampaknya tak selesai dibacanya. Ia terlihat begitu dekil, awut-awutan, namun terlihat bahagia layaknya seorang raja sehabis memakzulkan musuh-musuhnya. Dalam surat wasiatnya ia meminta agar 3 ribuan koleksinya dipindahtangankan kepada pemerintah kota Florentina dengan syarat boleh dibaca publik tanpa pungutan.

Selama lebih dari seabad, koleksinya itu dikenal sebagai Biblioteca Magliabechiana. Tahun 1860, ia muncul dengan nama Biblioteca Palatina untuk membentuk/format Biblioteca Nazionale Centrale, di mana tetap eksis hingga hari ini. Biblioteca ini tiap harinya terus dimonitori diam-diam oleh patung yang selalu tersenyum dan bersolek dari seorang lelaki yang ”dalam dirinyalah perpustakaan itu berdiri”.

No comments: