Tuesday, June 2, 2009

Korupsi dan Ulah Bejat Penerbit-penerbit Kelelawar

Oleh AN Ismanto


Buku bukan hanya alat mencerahkan nalar, tapi juga tambang uang yang diperebutkan manusia-manusia rakus yang terdidik. Buku bukan hanya pengabadi nilai-nilai budi, melainkan juga menjadikan orang yang mungkin dulunya baik-baik berubah menjadi bejat.

Saya tak tahu apa anak-anak sekolah dasar sampai menengah itu tahu bahwa buku yang sedang mereka pelajari menjadi rebutan banyak penerbit.

Kegandrungan pada buku pelajaran itu barangkali bisa disigi dari jumlah uang beredar di sana luar biasa gigantiknya.

Bayangkan saja, untuk satu judul buku pelajaran sekali naik cetak oplahnya bisa sampai 100 ribu eksemplar. Bandingkan dengan buku umum yang berkisar antara 3 sampai 5 ribu eksemplar.

Di situs Indonesian Corruption Watch (ICW) pada 25 Agustus 2008 kita disuguhi daftar yang membuat kita terperangah betapa buruknya pengadaan buku pelajaran sekolah.

Terutama sekali ulah hitam penerbit dan individu-individu yang bermain-main di sana.
Tak tanggung-tanggung, Bank Dunia merilis daftar hitam penerbit-penerbit kelelawar itu.

Ada sekira 27 penerbit, yakni: PT Penerbit Erlangga (Jakarta), PT Grasindo (Jakarta), PT Ganeca Exact (Bandung), PT Mitra Gama Widya (Jakarta), PT Mizan (Jakarta) dan PT Albama (Jakarta).

Juga ada PT Trigenda Karya (Bandung), PT Pabelan (Jakarta), PT Surya Angkasa (Semarang), PT Edumedia (Surabaya), PT Tiga Serangkai (Semarang), PT SPKN (Bandung), CV Djatnika (Bandung), CV Titian Ilmu (Bandung), PT. Mega Jaya (??).

Terusannya: CV Kendang Sari (Surabaya), CV Grafindo, CV Multi Trust, PT Pribumi Mekar, IKIP Malang/Yayasan Penerbit Ikip Malang, PT Indah Jaya Adipratama, PT Mitra Aksara Panaitan (Jakarta), PT Multi Adiwiyata, PT Remaja Rosda Karya (Bandung), PT Balai Pustaka (Jakarta), dan PT Kanisius (Yogyakarta).

Melihat daftar itu pantas saja mutu buku pelajaran kita buruk. Mustahil berharap buku-buku bermutu diproduksi dengan cara-cara kotor dan jalan penyuapan di sana-sini.

No comments:

Post a Comment